Seekor anak kambing yang sangat lincah telah ditinggalkan oleh penggembalanya di atas atap jerami kandang untuk menghindari anak kambing itu dari bahaya. Anak kambingitu mencari rumput di pinggir atap, dansaat itu dia melihat seekor serigala dan memandang serigala itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh kemenangan, dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala, tetapi karena dia merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke atas atap dan menangkapnya, timbullah keberaniannya untuk mengejek.
Serigala itupun menatap anak kambingitu dari bawah, "Saya mendengarmu," kata sang Serigala, "dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu lakukan ketika kamu diatas sana, karena itu adalah atap yang berbicara dan bukan kamu."
Jangan kamu banyak bicara dan berkata sesuatu yang tidak kamu ingin katakan terus menerus memaksakan diri.
''Dan sesungguhnya manusia yg paling aku benci & yg paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adl orang yg byk bicara, orang yg berpura-pura fasih & orang-orang yg mutafaihiqun''. Para shahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: ''Orang-orang yg sombong''. (Hadis Riwayat: At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).
OH TERNYATA
Alkisah, tersebutlah sepasang suami istri yang tengah bersiap menikmati hidangan ayam panggang di meja makan. Mereka hidup dengan berkecukupan. Tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk oleh seorang pengemis. Sang istri ingin memberinya makanan,
akan tetapi suaminya kemudian menghardik dan mengusir pengemis itu.
Tidak berapa lama kemudian, usaha si suami mengalami kebangkrutan. Kekayaannya sirna. Selain itu, Karena perangainya yang buruk, ia juga bercerai dengan istrinya. Sang wanita kemudian menikah lagi dengan seorang pria yang baik perangainya lagi hidup berkecukupan.
Suatu ketika, wanita itu tengah bersiap menikmati hidangan ayam panggang di meja makan bersama suami barunya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk oleh seorang pengemis.
“Tolong berikan makanan kita kepadanya,” pinta si pria kepada istrinya.
Wanita itu mematuhi kata suaminya.
Ketika kembali, wanita itu menangis tersedu-sedu.
“Apa yang membuatmu menangis?” tanya suaminya.
“Pengemis tadi ternyata adalah mantan suamiku. Dahulu, kami juga pernah didatangi oleh pengemis ketika tengah menikmati hidangan, lalu ia menghardik dan mengusir pengemis itu. Sekarang, ternyata ia justru menjadi pengemis.”
Suaminya berkata lembut, “Tahukah engkau, pengemis yang dulu diusirnya itu adalah aku.”
akan tetapi suaminya kemudian menghardik dan mengusir pengemis itu.
Tidak berapa lama kemudian, usaha si suami mengalami kebangkrutan. Kekayaannya sirna. Selain itu, Karena perangainya yang buruk, ia juga bercerai dengan istrinya. Sang wanita kemudian menikah lagi dengan seorang pria yang baik perangainya lagi hidup berkecukupan.
Suatu ketika, wanita itu tengah bersiap menikmati hidangan ayam panggang di meja makan bersama suami barunya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk oleh seorang pengemis.
“Tolong berikan makanan kita kepadanya,” pinta si pria kepada istrinya.
Wanita itu mematuhi kata suaminya.
Ketika kembali, wanita itu menangis tersedu-sedu.
“Apa yang membuatmu menangis?” tanya suaminya.
“Pengemis tadi ternyata adalah mantan suamiku. Dahulu, kami juga pernah didatangi oleh pengemis ketika tengah menikmati hidangan, lalu ia menghardik dan mengusir pengemis itu. Sekarang, ternyata ia justru menjadi pengemis.”
Suaminya berkata lembut, “Tahukah engkau, pengemis yang dulu diusirnya itu adalah aku.”
Kisah Seorang Penebang Pohon,
Begitulah judul cerita lama kali ini yang di bagikan di inbok kami dari teman kita bersama : Arif Rahmat Hidayatulloh
Dahulu kala, Ada seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutan miliknya karena gaji yang di janjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, Sehingga si calon penebang pohon itupun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.
Saat mulai bekerja, Si majikan memberikan sebuah kapak baru dan menunjukkan area kerja yang harus di selesaikan dengan target waktu yang telah di tentukan kepada si penebang pohon.
Hari pertama bekerja, Dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Ketika Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, Si majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus. ``Hasil kerjamu sungguh luar biasa..?Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon. Karena sampai sekarang, Belum pernah ada yang sepertimu, Teruskanlah bekerja seperti itu.``
Merasa termotivasi oleh pujian majikannya, Esoknya si penebang bekerja lebih keras lagi, Akan tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon saja.
Hari ketiga, Dia bekerja lebih keras lagi, Namun hasilnya tetap tidak memuaskan dan bahkan mengecewakan sekali.
Semakin bertambah hari, semakin sedikit pula pohon yang berhasil dirobohkannya.
``Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggung jawabkan hasil kerjaku ini kepada majikan nanti ?``Gumam penebang pohon yang putus asa.
Dengan kepala tertunduk, Dia menghadap ke sang majikan dan meminta maaf atas hasil kerjanya yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, ``Kapan terakhir kali kamu mengasah kapak ini?``
``Apa? Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, tuan. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore hari dengan sekuat tenaga,`` kata si penebang.
``Nah, Di sinilah masalahnya, Ingat hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari berikutnya dengan tenaga yang sama tetap kamu tidak mengasahnya, kamu akan menemui hasil yang menurun.
Untuk itu, Sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, Agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.``
Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucapkan terima kasih, Si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.
Pesan cerita : Istirahat bukan berarti berhenti, Akan tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.
Sama seperti penebang pohon, kita pun setiap hari dari pagi hingga malam hari seolah terjebak dalam rutinitas terpola.
Sibuk, sibuk, sibuuuukkk..
Sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, Yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual.
Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, Mungkin kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu berpikiran maju.
Sumber : KUMPULAN CERITA PENUH HIKMAH.
Yang kami ketik melalui seluler jelek kebangaan kami.
Dahulu kala, Ada seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutan miliknya karena gaji yang di janjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, Sehingga si calon penebang pohon itupun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.
Saat mulai bekerja, Si majikan memberikan sebuah kapak baru dan menunjukkan area kerja yang harus di selesaikan dengan target waktu yang telah di tentukan kepada si penebang pohon.
Hari pertama bekerja, Dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Ketika Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, Si majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus. ``Hasil kerjamu sungguh luar biasa..?Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon. Karena sampai sekarang, Belum pernah ada yang sepertimu, Teruskanlah bekerja seperti itu.``
Merasa termotivasi oleh pujian majikannya, Esoknya si penebang bekerja lebih keras lagi, Akan tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon saja.
Hari ketiga, Dia bekerja lebih keras lagi, Namun hasilnya tetap tidak memuaskan dan bahkan mengecewakan sekali.
Semakin bertambah hari, semakin sedikit pula pohon yang berhasil dirobohkannya.
``Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggung jawabkan hasil kerjaku ini kepada majikan nanti ?``Gumam penebang pohon yang putus asa.
Dengan kepala tertunduk, Dia menghadap ke sang majikan dan meminta maaf atas hasil kerjanya yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, ``Kapan terakhir kali kamu mengasah kapak ini?``
``Apa? Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, tuan. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore hari dengan sekuat tenaga,`` kata si penebang.
``Nah, Di sinilah masalahnya, Ingat hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari berikutnya dengan tenaga yang sama tetap kamu tidak mengasahnya, kamu akan menemui hasil yang menurun.
Untuk itu, Sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, Agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.``
Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucapkan terima kasih, Si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.
Pesan cerita : Istirahat bukan berarti berhenti, Akan tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.
Sama seperti penebang pohon, kita pun setiap hari dari pagi hingga malam hari seolah terjebak dalam rutinitas terpola.
Sibuk, sibuk, sibuuuukkk..
Sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, Yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual.
Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, Mungkin kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu berpikiran maju.
Sumber : KUMPULAN CERITA PENUH HIKMAH.
Yang kami ketik melalui seluler jelek kebangaan kami.
0 komentar:
Posting Komentar